Newest Post
// On :Jumat, 05 Februari 2016
Jangan Memaksa Anak Untuk Berhenti Bermain Game, Tapi Arahkan !
Sebagian masyarakat masih memandang
aktivitas bermain game elektronik sebagai kegiatan negatif. Mereka hanya
melihat dari satu sudut pandang yakni main game atau lebih populer
dengan sebutan nge-game hanyalah buang-buang waktu. Padahal jika
dilakukan dengan benar, nge-game tidak memberikan dampak negatif seperti
anggapan sebagian masyarakat itu.
Ada nilai positif yang bisa didapatkan
seorang gamers dari game yang dimainkannya —sama seperti aktivitas
permainan lainnya— dengan catatan si gamers bisa mengelola aktivitas
bermain game dengan benar. Bahkan ada program training yang diperuntukan
bagi para orang tua yang mengangkat isu game sebagai materi
pembahasannya yakni "Jangan Paksa Anak Anda Berhenti Main Games tetapi
Ajar Mereka Bagaimana Mengelolanya".
"Bisa mengelola", itulah kata kunci bagi orang tua untuk bisa mengajarkan hal positif kepada anak melalui aktivitas nge-game.
Pada artikel ini akan dibahas mengenai
cara menjadikan aktivitas nge-game sevagai sarana anak untuk belajar
demi mendapatkan sisi positifnya.
1. Melatih konsentrasi
Seseorang jika sudah bermain game, maka
mereka akan berkonsentrasi penuh untuk bisa menyelesaikan beragam misi
yang diberikan. Nah, di sinilah peran orang tua untuk mengingatkan anak
bahwa konsentrasi yang seperti itu juga sebaiknya dan bisa diterapkan ke
dalam proses belajar di sekolah, tempat les atau praktek.
Dengan pengarahan seperti itu, sedikit
banyak pasti sang anak bisa menganalisa bahwa "Oh ternyata seperti ini
konsentrasi yang baik untuk belajar." Dari bermain game diarahkan ke
pelajaran. Bukan hanya mengatakan kepada anak untuk berhenti bermain
game, atau bahkan menghina kegiatan yang mereka sukai. Dengan menghina
atau menganggap kegiatan anak itu tidak baik tanpa memberikan alasan
yang cukup masuk akal, bisa jadi akan tumbuh perasaan defensive pada
anak terhadap nasehat-nasehat dari orang tuanya.
2. Melatih analisa
Menyelesaikan beragam misi dalam game
tidak hanya cukup dengan konsentrasi. Pada game bergenre strategi,
pemain dituntut untuk bisa menganalisa strategi yang baik dan efektif
untuk menyelesaikan suatu misi. Bagian itulah yang akan mengasah
kemampuan analisan anak.
Ada baiknya juga orang tua mendampingi
anak ketika memainkan game yang menuntut analisa, karena bisa jadi sang
anak sangat ingin menyelesaikan misi yang sedang dijalani namun belum
memiliki cukup kemamuan untuk menganalisa masalah yang dihadapi. Supaya
anak tidak stres dengan keinginannya itu, ada baiknya orang tua membantu
anak untuk ikut memecahkan masalahnya dengan memberikan petunjuk yang
diperlukan. Saat itulah selipkan nasehat-nasehat baik kepada anak.
Apabila anak merasa orang tuanya bisa
membantunya dalam hal yang disukai, tidak menutup kemungkinan jika
nantinya anak juga akan senang hati mendengarkan nasehat orang tua atau
bahkan meminta pendapat orang tua atas beragam permasalahan yang
dihadapinya kelak.
3. Melatih motorik
Seperti yang diketahui bahwa dalam
bermain game, seorang gamers memelukan sarana visual dan input untuk
bisa mengendalikan sosok yang terdapat di dalam game. Tahapan inilah
yang akan melatih kecepatan berfikir anak antara yang ditampilkan di
layar, dengan aksi apa yang harus dilakukan oleh anak pada alat input
yang yang digunakan, atau alat itu lebih populer dengan sebutan
kontroler.
Ada banyak jenis kontroler game yang
beredar saat ini, mulai dari joystik biasa hingga setir mobil yang
rumit. KotakGame juga pernah membahas mengenai variasi kontroler yang
beredar di seluruh dunia dari zaman dulu hingga masa kini, Kotakers bisa
membacanya di sini.
Perkembangan teknologi game sekarang
sudah sampai ke perangkat mobile yang dilengkapi oleh layar sentuh.
Variasi kontrol untuk memainkan game pun jadi semakin banyak. Apalagi
jika mengacu ke game arcade yang biasanya hanya mengkhususkan satu mesin
untuk satu game, sehingga kontroler yang disematkan pada mesinnya pun
akan membawa pengalaman yang lebih nyata kepada gamers-nya.
4. Melatih kemampuan berbahasa asing
Sebagian gamers merasa bahwa aktivitas
main game telah kemampuan berbahasa mereka meningkat. Bahasa di sini
adalah bahasa asing seperti Inggris atau sebagian kecil bahasa Jepang.
Bukan berarti dengan bermain game maka tidak perlu lagi kursus atau
belajar bahasa asing di sekolah, tetapi dengan main game yang
menggunakan bahasa asing, maka gamers bisa mengasah kemampuan dasar yang
telah diperoleh di sekolah atau tempat kursus.
Kebanyakan game, khususnya mayoritas
game konsol masih menggunakan bahasa Inggris dan Jepang sehingga untuk
bisa menyelesaikan berbagai misi yang terdapat di dalamnya, mau tidak
mau gamers harus memahami bahasanya. Hal itulah yang secara tidak
langsung jadi motivasi mereka untuk terus memperbaiki kemampuan
berbahasa asing.
5. Memperkaya Imajinasi
Bermain game juga bisa mengasah
kemampuan anak untuk berimajinasi. Ada beragam kisah inspiratif yang
disajikan dalam sebuah game —sejarah, fabel, fantasi, teka-teki dan
masih banyak lagi— yang mana hal itu akan memberikan anak banyak
referensi untuk mengambil keputusan. Peran orang tua juga diperlukan
dalam tahap perkembangan imajinasi melalui game ini yakni untuk
membedakan mana yang baik, buruk, fiksi dan kenyataan.
6. Melatih Kerjasama
Salah satu fitur yang biasa dihadirkan
dalam sebuah game adalah multiplayer —local maupun online, versus maupun
co-operation—, yang memungkinkan gamers bermain bersama dengan teman.
Walaupun ada beberapa game yang hanya bisa dimainkan sendiri, tetapi
dengan memilih game yang menghadirkan fitur multiplayer, maka gamers
bisa tetap bersosialisasi dengan orang lain melalui game yang
dimainkannya.
Secara garis besar, multiplayer di dalam
game, khususnya yang co-operation, menuntut kerjasama yang baik antara
satu pemain dengan pemain lainnya untuk mencapai satu tujuan seperti
menjaga komunikasi, analisa, saling bertukar pendapat dan beberapa
kegiatan yang menuntut kerjasama tim lainnya.
7. Menghadirkan semangat
Apabila anak sudah menggemari game,
orang tua bisa menjadikan game sebagai hadiah atas pencapaian yang
berhasil diraih oleh anak. Misalnya saja jika anak mendapatkan nilai
yang bagus, maka orang tua bisa mengijinkan anak untuk bermain game di
akhir pekan, atau membelikannya sebuah game baru yang sesuai dengan
usianya.
Selain sebagai hadiah, memberikan
semangat anak melalui game juga bisa dilakukan oleh orang tua ketika
anak sedang bermain. Misalnya saja ketika anak putus asa pada saat gagal
menjalankan misi di game, orang tua bisa menyelipkan nasehat pantang
menyerah dan terus mencoba agar anak tetap memiliki pemikiran yang
positif.
-***-
Terlepas dari buruk atau tidaknya
pengaruh game terhadap anak, hal yang tidak kalah penting adalah peran
orang tua dalam memberikan pemahaman kepada anak mengenai rating dari
game yang akan dimainkan.
Apabila rating-nya tidak sesuai, maka
orang tua harus menegaskan kepada anak bahwa ia tidak boleh memainkan
game yang rating-nya seperti itu dan memberikan pemahaman atau pilihan
lain agar si anak memainkan game yang sesuai dengan usianya.
Posting Komentar