Setelah kesuksesan film laga Indonesia The Raid yang menampilkan Pencak Silat sukses di box office Amerika
Serikat dan Kanada serta 50 negara lainnya, film Indonesia lainnya
mulai mengikuti dan dilirik pasar internasional. Kesuksesan The Raid
juga membangkitkan semangat sineas-sineas di Indonesia.
Seperti film berjudul Modul Anomali
bahkan digarap khusus dengan menggunakan bahasa Inggris. Hal tersebut
dilakukan karena menargetkan pasar internasional.Namun, tahukah Anda,
sebelum The Raid : Redemption sukses mendunia. Film Indonesia lainnya
juga sempat sukses, meski tidak secara komersil, namun telah mendapat
banyak penghargaan di berbagai ajang perfilman internasional. Berikut
dirangkum dalam 10 film Indonesia yang mendunia
FILM YANG MENDUNIA
1. The Raid : Redemption
The Raid merupakan film Indonesia pertama yang masuk box office Amerika
Serikat (AS) dan pernah bertengger pada urutan 11 sebagai film yang
paling banyak ditonton di bioskop AS. Film yang menonjolkan beladiri
asli Indonesia yakni Pencak Silat ini diputar di 875 bioskop di AS.
Selain di AS, film ini juga diputar dibeberapa negara lainnya. Mengutip
dari Cekricek.com, The Raid telah menyabet 3 penghargaan bergengsi
dunia, antara lain Cadillacs People’s Choice Award, Toronto
International Film Festival 2011 dan The Best Film sekaligus Audience
Award- Jameson Dublin International Film Festival.
Untuk diketahui, film ini diproduseri
oleh Ario Sagantoro dan disutradari oleh Evan H Garet serta dibintangi
oleh Iko Uwais, Yayan Ruhian, Ray Sahetapy, Joe Taslim, Dony Alamsyah,
Pierre Gruno dan Tegar Satrya. The Raid juga diikutkan dalam Festival
Film Sundance 2012 dan menjadi film favorit versi juri. Film ini juga
dikabarkan akan diremake (dibuat ulang) oleh Screen Gems, anak
perusahaan Sony Entertainment.
Setelah hak siarnya di AS dibeli oleh
Sony Pictures Classic, Sony menggandeng Mike Shinoda dari Linkin Park
sebagai penata musik (music score) film tersebut.
2. Modus Anomali
Film yang diproduksi oleh Lifelike
Pictures ini diproduseri Sheila Timothy dan dinilsi berhasil karena
mendapat apresiasi positif di berbagai kancah film dunia. Setelah
melakukan world premiere di festival film terbesar kedua di Amerika
Serikat yakni South By Southwest (SXSW) 2012, di Austin, Texas pada 9-17
Maret 2012 lalu, film besutan sutradara Joko Anwar ini mendapat sorotan
luas.
Film ini juga terpilih ditayangkan pada “Midnighters”, sebuah seksi acara khusus yang menampilkanfilm-film
terpilih bergenre fantastik untuk ditayangkan pada tengah malam. Film
yang dibintangi Rio Dewanto ini juga mendapat tanggapan positif dari
para kritikus dan blogger film di Amerika.
Modus
anomali sempat pula meraih sejumlah penghargaan, antara lain Bucheon
Award di Korea Selatan. Setelah menyabet penghargaan bergengsi ini,
beberapa investor film mancanegara dikabarkan menyatakan ketertarikan
mereka untuk dilibatkan dalam proses produksinya.
Film
Indonesia yang menggunakan bahasa Inggris ini memang ditargetkan untuk
pasar luar negeri. Film thriller ini bercerita tentang seorang lelaki
yang harus menyelamatkan keluarganya yang hilang saat sedang berlibur di
sebuah hutan. Di hutan itu, dia harus berjuang menghindari kejaran
seorang pembunuh misterius.
3. The Witness
Film
Indonesia yang juga mendapat sambutan hangat di negara lain, adalah The
Witness, film bergenre thriller. Film yang disutradarai Muhammad Yusuf
ini sudah tayang di Filipina sejak 21 Maret lalu. Untuk pertama kalinya
film Indonesia dapat tayang secara komersil di sana, tidak sebatas
sebagai pengisi di festival film saja.
Sebelum
ditayangkan untuk umum, Cinema Evaluation Board (CEB), sebuah badan
resmi dari Dewan Pengembangan Film Filipina, memberi nilai A untuk The
Witness. Tak cuma itu, sejumlah media Filipina bahkan berpendapat
sineas-sineas Filipino harus belajar membuat film dari Indonesia.
Tak hanya di Filipina, menurut produser
Sarjono Sutrisno, The Witness juga akan diputar di sejumlah negara
Asia. “Rencananya Juni akan tayang di Singapura, Malaysia, Brunei,
Thailand, dan Dubai. Kami mau kuatkan dulu di Asia,” ujarnya.
Film untuk 18 tahun ke atas ini bercerita
tentang seorang wanita bernama Angel (Gwen Zamora) yang dihantui mimpi
aneh. Ia bermimpi ada pemuda mencoba bunuh diri dengan menembakkan
senjatanya sendiri ke mulut. Film ini akan mulai diputar di bioskop
Tanah Air pada 26 April 2012 mendatang. (dikutip dari Fajar.co.id)
4. Lovely Man
Lovely Man merupakan film Indonesia
yang masuk nominasi Osaka Asian Film Festival, Jepang bersama film
Indonesia lainnya yang berjudul Langit Biru. Fajar.co.id menulis
bahwa terpilihnya dua film dari Indonesia ini merupakan hal yang
istimewa karena setiap tahun Festival Film di Osaka hanya memilih satu
film dari masing-masing negara peserta. Menurut panitia, kedua film ini
dinilai layak masuk kualifikasi karena kualitas dan keunikannya. Pada
ajang tersebut akhirnya Lovely Man berhasil meraih penghargaan Best
Actor untuk Donny Damara.
Film Lovely Man sempat diputar di
bioskop Cine Nouveau. Film yang disutradarai Teddy Soeriaatmadja ini pun
mampu menyedot cukup banyak penonton di Jepang yang tertarik dengan
film-film Asia berkualitas. Di dalam negeri sendiri, film ini meraih
penghargaan Pemeran Utama Pria Terbaik yakni Donny Damara pada ajang
Indonesian Movie Award (IMA) 2012.
Film ini pada dasarnya merupakan film
keluarga yang menceritakan hubungan ayah dan anak yang sudah lama tidak
saling bertemu. Dalam film ini disajikan sosok anak yang santun,
berjilbab dan seorang lulusan pesantren, yang akhirnya bertemu dengan
sang ayah yang bergulat dengan hidup yang keras sebagai waria di Ibukota
Jakarta. Salah seorang penonton Jepang berkomentar, “Film Indonesia
lebih mudah dipahami dalam menyampaikan pesannya, dibandingkan film
Jepang yang selalu cenderung rumit.
Sementara itu, film musikal anak-anak
Langit Biru diputar di Umeda Garden Cinema. Dalam film tersebut, sang
sutradara, Lasja F. Susatyo, menggambarkan problema sehari-hari pada
anak-anak di Jakarta dan cara mereka mengatasi masalah mereka sendiri.
Salah satu tema yang diusung adalah soal perbedaan dan sikap saling
menghargai perbedaan tersebut.
5. Meraih Mimpi (Sing to the Dawn) Meraih Mimpi adalah film animasi
Indonesia yang telah ditayangkan ke sejumlah negara, seperti Singapura,
Malaysia, Timur Tengah, dan Rusia. Bahkan seperti dikutip dari Tempo Interaktif,
Managing Direktur Kinema Systrans Multimedia yang memproduksi film
tersebut menjelaskan bahwa film ini juga dipasarkan ke Jerman dan Eropa
Timur.
Film ini merupakan film animasi tiga
dimensi musikal pertama di Indonesia yang mengisahkan perjuangan
kakak-adik, Dana dan Rai, dalam mempertahankan desa mereka yang hendak
dihancurkan kontraktor bangunan.
Untuk diketahui, Meraih Mimpi dikerjakan
oleh 100 animator lokal dari rumah produksi yang bermarkas di Batam
dengan biaya produksi mencapai US$ 5 juta. Ide cerita diambil
berdasarkan novel karya penulis Singapura, Minfong Ho, dengan judul Sing to the Dawn.
Bukunya ditulis pada 1970-an dan menjadi literatur wajib di Singapura.
Pemutaran perdana film ini bahkan bukan di Indonesia, melainkan di
Singapura.
Pada penayangannya di Singapura film ini
berjudul Sing to the Dawn dengan alih suara bahasa Inggris. Film ini
memang ditargetkan dapat menembus pasar internasional. Setelah diputar
perdana di Singapura pada Oktober 2010. Baru diputar di Indonesia
september 2011.
Waktu jeda setahun itu, menurut General
Manager Kinema Dewi Pintokoratri, digunakan untuk alih bahasa ke bahasa
Indonesia. Karakter utama versi Indonesia diisi suara oleh Gita Gutawa
dan penyanyi cilik Indonesian Idol, Patton. Pemutaran di Singapura, film
ini hanya mampu meraup 300 ribu penonton.
6. Daun di Atas Bantal
Daun
di Atas Bantal merupakan film Indonesia yang digarap pada tahun 1998
dan disutradarai Garin Nugroho. Film ini cukup mendunia dengan beberapa
penghargaan Internasional. Mengutip dari Wikipedia.Org, film ini
menceritakan tentang seorang ibu yang bernama Asih (Christine Hakim)
beserta tiga orang anaknya Heru, Sugeng, dan Kancil yang tinggal di
jalanan kota Yogyakarta, Indonesia.
Film ini diproduksi rumah produksi
milik Christine Hakim yakni Christine Hakim Film. Meski seharusnya
selesai pada bulan Oktober 1997, tetapi akibat krisis ekonomi di
Indonesia, akhirnya film ini diselesaikan di Australia. Dana
penyelesaian datang dari beberapa sumber seperti Hubert Bals Fund, NHK
dan RCTI. Film ini juga sudah dibuatkan untuk versi TV-nya.
Masih menurut Wikipedia, Cerita ini
berfokus di mana ketiga anak ini hidup dari menjual ganja dan hidup di
jalanan dengan harapan bisa keluar dari kemiskinan mereka. Akar dari
permasalahan mereka sebenarnya akibat Asih selalu tidak menghiraukan
mereka. Setiap malam ketiga anak ini selalu berkelahi untuk
memperebutkan Bantal Daun kepunyaan Asih. tetapi harapan mereka pupus,
ketika takdir mereka berakhir tragis.
Adapun penghargaan yang telah diraih film ini yakni: Asia-Pacific Film Festival – 1998 – Best Actress – Christine Hakim Asia-Pacific Film Festival – 1998 – Best Film Singapore International Film Festival –
1999 – Unggulan dalam kategori Silver Screen Award Best Asian Feature
Film – Garin Nugroho Tokyo International Film Festival – 1998 – Special Jury Prize – Garin Nugroho
7. Pasir Berbisik
Film Pasir Berbisik disutradarai oleh
Nan Achnas. Pada film ini, diperlihatkan keindahan Gunung Bromo yang
luar biasa. Selain itu, film ini didukung oleh aktris senior Christine
Hakim dengan aktris pendatang baru waktu itu, Dian Sastro Wardoyo.
Akting keduanya dinilai pengamat film
sangat memukau. Artis senior lainnya yang mendukung film ini yakni Didi
Petet, Dik Doank, Slamet Raharjo, Mang Udel, dan Dessy Fitri.
Pasir Berbisik mampu meraih
penghargaan internasional, seperti Best Cinematography Award, Best Sound
Award, dan Jury’s Special Award for Most Promising Director untuk
Festival Film Asia Pacifik 2001, artis wanita terbaik, Festival Film
Asiatique Deauville 2002. Artis wanita terbaik pada Festival Film
Antarbangsa Singapura ke-15.
8. Laskar Pelangi
Laskar Pelangi yang disambut baik di
Indonesia juga memdapat sambutan positif di dunia internasional. Film
yang diadopsi dari novel laris karya Andrea Hirata dengan judul yang
sama juga menjadi salah satu film yang diputar pada festival film
international fukuoka 2009 di Jepang.
Setelah kesuksesan penayangannya di
bioskop tanha air, negara lain seperti Spanyol, Italia, Namibia,
Hongkong, Singapura, Jerman, Amerika, Australia, dan Portugal juga ikut
menayangkan film tentang mimpi 10 anak di desa terpencil dalam mengenyam
pendidikan tersebut.
Film ini akhirnya meraih penghargaan
the Golden Butterfly Award untuk kategori film terbaik di International
Festival of Film for Children dan Young Adults di Hamedan, Iran.
Penghargaan internasional lainnya, yakni pernah menjadi nominasi film
terbaik di Berlin International Film Festival tahun 2009, serta editor
terbaik asian film 2009 di Hongkong.
Film yang disutradarai Riri Riza itu
juga pernah diputar di Barcelona Asian Film Festival 2009 di
spanyol,singapore international film festival 2009, 11th Udine Far East
Film Festival di Italia, dan Los Angeles Asia Pacific Film Festival 2009
di Amerika Serikat.
9. Denias, Senandung di Atas Awan
Film yang disutradari oleh John de Rantau
dan diproduksi pada tahun 2006 ini, dibintangi oleh Albert Thom Joshua
Fakdawer, Ari Sihasale, Nia Zulkarnaen dan Marcella Zalianty.
Film ini juga berhasil masuk seleksi
panitia Piala Oscar tahun 2008. Dikutip dari Wikipedia, Film ini
menceritakan tentang perjuangan seorang anak suku pedalaman Papua yang
bernama Denias untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Seluruh setting
lokasi dilakukan di pulau Cendrawasih ini. Cerita dalam film ini
merupakan adaptasi dari kisah nyata seorang anak Papua yang bernama
Janias.
Sebuah film yang harus ditonton oleh
mereka yang mengaku peduli dengan dunia pendidikan di Indonesia. Sebuah
film yang dapat membuka pandangan kita tentang betapa pendidikan yang
layak di negeri ini masih sangat mahal, masih sangat rumit dan masih
banyak terjadi diskriminasi-diskriminasi yang tidak masuk akal. Dalam
film ini juga dapat kita lihat keindahan provinsi Papua yang berhasil
direkam dengan begitu indahnya.
10. The Photograph
The
Photograph dirilis pada tahun 2007. Film yang disutradarai oleh Nan
Achnas ini sempat juga akan masuk seleksi panitia Piala Oscar tahun 2008
untuk kategori film asing, meski yang akhirnya terpilih hanya film
Denias, Senandung di Atas Awan saja. Film ini dibintangi antara lain
oleh Indy Barends, Kay Tong Lim, dan Shanty.
The Photograph juga pernah ditayangkan pada ajang Festival Film Internasional Pusan (PIFF) ke-12 di Korea Selatan.
FILM TERLARIS
10 Film Indonesia Terlaris
Tahun 2015 akan berakhir. Deretn film terlaris tahun ini cukup membuat
puas. Meskipun sempat mengalami paceklik di awal tahun hingga
pertengahan tahun, momen lebaran membalikkan semua kenyataan tersebut.
Hingga lebaran, tidak satupun film Indonesia yang menembus angka satu
juta penonton. Pencapaian dua film yang diputar saat lebaran 2015
membawa optimisme baru. Kepercayaan pada film Indonesia meningkat
sehingga film lain mendpat jumlah penonton signifikan. 1.Surga yang Tak Dirindukan menjadi juara tahun ini dengan 1.523.570 penonton. Film Surga yang Tak Dirindukan menyentil
perasaaan wanita yang diduakan. Ketika seorang istri tiba-tiba
mengetahui suaminya menikah lagi dengan wanita lain, bayangan surga
rumah tangga tiba-tiba runtuh. Perasaan marah, sedih, kecewa, dan ingin
mengakhiri rumah tangga adalah perasaan wajar yang akan dirasakan oleh
setiap wanita.
2.Comic 8: Casino Kings part 1 menempati posisi kedua
dengan 1.211.820 penonton. Film komedi-eskyen Comic 8: Casino Kings-Part
1 yang dirilis pada Juli lalu berhasil menjaring lebih dari satu juta
penonton. Sekuel terbarunya yang bertajuk Comic 8: Casino Kings-Part 2
akan tayang di tahun depan, tepatnya pada 4 Februari 2016. 3.Magic Hour mendapat 859.705 penonton dan menempati
posisi ketiga. Tema cinta memang tak pernah usang dan selalu menarik.
Tema cinta pula yang diangkat Screenplay Production di film yang
dibintangi Dimas Anggara dan Michelle Ziudith. Magic Hour cukup
menghibur. Ada tangis, tawa, haru, romantisme, persahabatan sampai
hubungan keluarga bisa kita rasakan di film yang disutradarai Asep
Kusdinar ini. 4.Di Balik 98 menempati posisi keempat dengan 684.727
penonton. Film ini memaparkan tragedi yang kelam pada tahun 1998.
Dibelakang kisah itu ada kisah lain, kisah sebuah keluarga yang tercerai
berai dan kisah sepasang kekasih yang terpisahkan. 5.Film 3 Dara meraih 666.155 di posisis kelima.
Meskipun dibintangi oleh tiga orang pria, kisah film 3 Dara ini sangat
feminim. Adipati Dolken, Tora Sudiro, dan Tanta Ginting dikutuk menjadi
wanita dengan tubuh pria mereka. Setiap wanita pasti memiliki perasaan
yang sama, pernah berharap lelaki yang dicintainya memahami bagaimana
sulitnya menjadi wanita. 6.Air Mata Surga.Di posisi keenam, Air Mata Surga dengan 425.179
penonton. Dibintangi oleh Dewi Sandra, film ini bercerita tentang
perjuangan seorang perempuan dalam mempertahankan cintanya sampai akhir
hayat. Ada kalanya wanita tak bisa berbuat apa-apa jika tidak bisa
memberikan keturunan pada suaminya. Setelah berbagai cara diusahakan,
tetap saja wanita di posisi salah. Tapi air mata tak selalu
menggambarkan kesedihan. 7.Film Tarot masuk di posisi ketujuh dengan 329.160
penonton. INi adalah satu-satunya film horor yang masuk dalah daftar
film teralris tahun ini. Kisahnya tentang Julie dan Tristan adalah
sepasang kekasih yang mau menikah. Berharap mendapatkan ramalan indah,
mereka malah mendapatkan ramalan yang mengerikan dari seorang pembaca
kartu tarot. Kartu-kartu tarot yang terbuka mengatakan bahwa akan ada
yang datang dari masa lalu untuk mengambil salah satu nyawa mereka. 8.Warisan Olga.Hadir hampir di akhir tahun Warisan Olga menunjukkan
pesona alhmarhum Olga Syahputra yang masih tinggi. Film ini meraih
296.773 penonton dan menduduki posisi ketujuh. Film ini berkisah tentang
Billy (Billy Syahputra) yang terlalu menyayangi kekasihnya hingga
menghamburkan uang milik Olga (Olga Syahputra) hingga dikejar-kejar oleh
preman. Untuk membantu Olga, Billy pergi mencari harta karun di sebuah
pulau. 9.[Komedi Moderen Gokil].Film [Komedi Moderen Gokil](2314539 "") meraup
296.232 penonton dan masuk dalam posisi kesembilan. Film produksi MD
Pictures memiliki formula humor yang nyaris sama dengan film Warkop DKI.
Disutradarai oleh Fajar Krisyanto, film ini mengisahkan tentang
pertemuan dua sahabat lama Boris (Boris Bokir) dan Dodit (Dodit
Mulyanto) yang mencoba mengadu nasib di Jakarta. Keduanya tinggal di
rumah kos Tante Maya (Maya Wulan) dan suaminya, Om Indro (Indro Warkop). 10.Single.Tampil terakhir, Single mengumpulkan 273.581 pada
empat hari penayanganya. Ini membuat film yang dibintangi Raditya Dika
langsung melesat ke posisis 10 tahun ini. Dengan tingginya minat
penonton, kemungkinan film ini akan bertambah lebih banyak hingga tahun
depan. Pertambahan ini bisa mengubah posisi film terlaris hingga akhir
tahun ini.
Sepanjang tahun 2015, bioskop tanah air memutar 115 film Indonesia.
Tidak semua film mampu mendapatkan perhatian dari penonton. Tapi dari
sekian banyak genre dan tema yang diputar, drama yang mengisahkan
kegigihan wanita menunjukkan kekuatannya. Tiga film yang bertema
perjuangan hidup wanita masuk dalam daftar 10 film terlaris 2015.
Film Surga yang Tak Dirindukan membukukan 1.523.570 penonton. Film 3
Dara ada di urutan lima dengan 666.155 penonton. Sedangkan film Air Mata
Surga mendapatkan 425.179 penonton. Tentu ini layak menjajdi catatan
tersendiri untuk tahun ini.
Oke guuyys....Thats ALL!!!
Posting Komentar