Newest Post

// On :Selasa, 16 Februari 2016


Setelah kesuksesan film laga Indonesia The Raid yang menampilkan Pencak Silat sukses di box office Amerika Serikat dan Kanada serta 50 negara lainnya, film Indonesia lainnya mulai mengikuti dan dilirik pasar internasional. Kesuksesan The Raid juga membangkitkan semangat sineas-sineas di Indonesia.
Seperti film berjudul Modul Anomali bahkan digarap khusus dengan menggunakan bahasa Inggris. Hal tersebut dilakukan karena menargetkan pasar internasional.Namun, tahukah Anda,  sebelum The Raid : Redemption sukses mendunia. Film Indonesia lainnya juga sempat sukses, meski tidak secara komersil, namun telah mendapat banyak penghargaan di berbagai ajang perfilman internasional. Berikut dirangkum dalam 10 film Indonesia yang mendunia
FILM YANG MENDUNIA

1. The Raid : Redemption

The Raid merupakan film Indonesia pertama yang masuk box office Amerika Serikat (AS) dan pernah bertengger pada urutan 11 sebagai film yang paling banyak ditonton di bioskop AS. Film yang menonjolkan beladiri asli Indonesia yakni Pencak Silat ini diputar di 875 bioskop di AS. Selain di AS, film ini juga diputar dibeberapa negara lainnya. Mengutip dari Cekricek.com, The Raid telah menyabet 3 penghargaan bergengsi dunia, antara lain Cadillacs People’s Choice Award, Toronto International Film Festival 2011 dan The Best Film sekaligus Audience Award- Jameson Dublin International Film Festival.
Untuk diketahui, film ini diproduseri oleh Ario Sagantoro dan disutradari oleh Evan H Garet serta dibintangi oleh Iko Uwais, Yayan Ruhian, Ray Sahetapy, Joe Taslim, Dony Alamsyah, Pierre Gruno dan Tegar Satrya. The Raid juga diikutkan dalam Festival Film Sundance 2012 dan menjadi film favorit versi juri. Film ini juga dikabarkan akan diremake (dibuat ulang) oleh Screen Gems, anak perusahaan Sony Entertainment.
Setelah hak siarnya di AS dibeli oleh Sony Pictures Classic, Sony menggandeng Mike Shinoda dari Linkin Park sebagai penata musik (music score) film tersebut.
2. Modus Anomali

Film yang diproduksi oleh Lifelike Pictures ini diproduseri Sheila Timothy dan dinilsi berhasil karena mendapat apresiasi positif di berbagai kancah film dunia. Setelah melakukan world premiere di festival film terbesar kedua di Amerika Serikat yakni South By Southwest (SXSW) 2012, di Austin, Texas pada 9-17 Maret 2012 lalu, film besutan sutradara Joko Anwar ini mendapat sorotan luas.
Film ini juga terpilih ditayangkan pada “Midnighters”, sebuah seksi acara khusus yang menampilkan film-film terpilih bergenre fantastik untuk ditayangkan pada tengah malam. Film yang dibintangi Rio Dewanto ini juga mendapat tanggapan positif dari para kritikus dan blogger film di Amerika.
Modus anomali sempat pula meraih sejumlah penghargaan, antara lain Bucheon Award di Korea Selatan. Setelah menyabet penghargaan bergengsi ini, beberapa investor film mancanegara dikabarkan menyatakan ketertarikan mereka untuk dilibatkan dalam proses produksinya.
Film Indonesia yang menggunakan bahasa Inggris ini memang ditargetkan untuk pasar luar negeri. Film thriller ini bercerita tentang seorang lelaki yang harus menyelamatkan keluarganya yang hilang saat sedang berlibur di sebuah hutan. Di hutan itu, dia harus berjuang menghindari kejaran seorang pembunuh misterius.
3. The Witness
Film Indonesia yang juga mendapat sambutan hangat di negara lain, adalah The Witness, film bergenre thriller. Film yang disutradarai Muhammad Yusuf ini sudah tayang di Filipina sejak 21 Maret lalu. Untuk pertama kalinya film Indonesia dapat tayang secara komersil di sana, tidak sebatas sebagai pengisi di festival film saja.
Sebelum ditayangkan untuk umum, Cinema Evaluation Board (CEB), sebuah badan resmi dari Dewan Pengembangan Film Filipina, memberi nilai A untuk The Witness. Tak cuma itu, sejumlah media Filipina bahkan berpendapat sineas-sineas Filipino harus belajar membuat film dari Indonesia.
Tak hanya di Filipina, menurut produser Sarjono Sutrisno, The Witness juga akan diputar di sejumlah negara Asia. “Rencananya Juni akan tayang di Singapura, Malaysia, Brunei, Thailand, dan Dubai. Kami mau kuatkan dulu di Asia,” ujarnya.
Film untuk 18 tahun ke atas ini bercerita tentang seorang wanita bernama Angel (Gwen Zamora) yang dihantui mimpi aneh. Ia bermimpi ada pemuda mencoba bunuh diri dengan menembakkan senjatanya sendiri ke mulut. Film ini akan mulai diputar di bioskop Tanah Air pada 26 April 2012 mendatang. (dikutip dari Fajar.co.id)
4. Lovely Man
Lovely Man merupakan film Indonesia yang masuk nominasi Osaka Asian Film Festival, Jepang bersama film Indonesia lainnya yang berjudul Langit Biru. Fajar.co.id menulis bahwa terpilihnya dua film dari Indonesia ini merupakan hal yang istimewa karena setiap tahun Festival Film di Osaka hanya memilih satu film dari masing-masing negara peserta. Menurut panitia, kedua film ini dinilai layak masuk kualifikasi karena kualitas dan keunikannya. Pada ajang tersebut akhirnya Lovely Man berhasil meraih penghargaan Best Actor untuk Donny Damara.
Film Lovely Man sempat diputar di bioskop Cine Nouveau. Film yang disutradarai Teddy Soeriaatmadja ini pun mampu menyedot cukup banyak penonton di Jepang yang tertarik dengan film-film Asia berkualitas. Di dalam negeri sendiri, film ini meraih penghargaan Pemeran Utama Pria Terbaik yakni Donny Damara pada ajang Indonesian Movie Award (IMA) 2012.
Film ini pada dasarnya merupakan film keluarga yang menceritakan hubungan ayah dan anak yang sudah lama tidak saling bertemu. Dalam film ini disajikan sosok anak yang santun, berjilbab dan seorang lulusan pesantren, yang akhirnya bertemu dengan sang ayah yang bergulat dengan hidup yang keras sebagai waria di Ibukota Jakarta. Salah seorang penonton Jepang berkomentar, “Film Indonesia lebih mudah dipahami dalam menyampaikan pesannya, dibandingkan film Jepang yang selalu cenderung rumit.
Sementara itu, film musikal anak-anak Langit Biru diputar di Umeda Garden Cinema. Dalam film tersebut, sang sutradara, Lasja F. Susatyo, menggambarkan problema sehari-hari pada anak-anak di Jakarta dan cara mereka mengatasi masalah mereka sendiri. Salah satu tema yang diusung adalah soal perbedaan dan sikap saling menghargai perbedaan tersebut.
5. Meraih Mimpi (Sing to the Dawn)

Meraih Mimpi adalah film animasi Indonesia yang telah ditayangkan ke sejumlah negara, seperti Singapura, Malaysia, Timur Tengah, dan Rusia. Bahkan seperti dikutip dari Tempo Interaktif, Managing Direktur Kinema Systrans Multimedia yang memproduksi film tersebut menjelaskan bahwa film ini juga dipasarkan ke Jerman dan Eropa Timur.
Film ini merupakan film animasi tiga dimensi musikal pertama di Indonesia yang mengisahkan perjuangan kakak-adik, Dana dan Rai, dalam mempertahankan desa mereka yang hendak dihancurkan kontraktor bangunan.
Untuk diketahui, Meraih Mimpi dikerjakan oleh 100 animator lokal dari rumah produksi yang bermarkas di Batam dengan biaya produksi mencapai US$ 5 juta. Ide cerita diambil berdasarkan novel karya penulis Singapura, Minfong Ho, dengan judul Sing to the Dawn. Bukunya ditulis pada 1970-an dan menjadi literatur wajib di Singapura. Pemutaran perdana film ini bahkan bukan di Indonesia, melainkan di Singapura.
Pada penayangannya di Singapura film ini berjudul Sing to the Dawn dengan alih suara bahasa Inggris. Film ini memang ditargetkan dapat menembus pasar internasional. Setelah diputar perdana di Singapura pada Oktober 2010. Baru diputar di Indonesia september 2011.
Waktu jeda setahun itu, menurut General Manager Kinema Dewi Pintokoratri, digunakan untuk alih bahasa ke bahasa Indonesia. Karakter utama versi Indonesia diisi suara oleh Gita Gutawa dan penyanyi cilik Indonesian Idol, Patton. Pemutaran di Singapura, film ini hanya mampu meraup 300 ribu penonton.
6. Daun di Atas Bantal
Daun di Atas Bantal merupakan film Indonesia yang digarap pada tahun 1998 dan disutradarai Garin Nugroho. Film ini cukup mendunia dengan beberapa penghargaan Internasional. Mengutip dari Wikipedia.Org, film ini menceritakan tentang seorang ibu yang bernama Asih (Christine Hakim) beserta tiga orang anaknya Heru, Sugeng, dan Kancil yang tinggal di jalanan kota Yogyakarta, Indonesia.
Film ini diproduksi rumah produksi milik Christine Hakim yakni Christine Hakim Film. Meski seharusnya selesai pada bulan Oktober 1997, tetapi akibat krisis ekonomi di Indonesia,  akhirnya film ini diselesaikan di Australia. Dana penyelesaian datang dari beberapa sumber seperti Hubert Bals Fund, NHK dan RCTI. Film ini juga sudah dibuatkan untuk versi TV-nya.
Masih menurut Wikipedia, Cerita ini berfokus di mana ketiga anak ini hidup dari menjual ganja dan hidup di jalanan dengan harapan bisa keluar dari kemiskinan mereka. Akar dari permasalahan mereka sebenarnya akibat Asih selalu tidak menghiraukan mereka. Setiap malam ketiga anak ini selalu berkelahi untuk memperebutkan Bantal Daun kepunyaan Asih. tetapi harapan mereka pupus, ketika takdir mereka berakhir tragis.
Adapun penghargaan yang telah diraih film ini yakni:
Asia-Pacific Film Festival – 1998 – Best Actress – Christine Hakim
Asia-Pacific Film Festival – 1998 – Best Film
Singapore International Film Festival – 1999 – Unggulan dalam kategori Silver Screen Award Best Asian Feature Film – Garin Nugroho
Tokyo International Film Festival – 1998 – Special Jury Prize – Garin Nugroho
7. Pasir Berbisik
Film Pasir Berbisik disutradarai oleh Nan Achnas. Pada film ini, diperlihatkan keindahan Gunung Bromo yang luar biasa. Selain itu, film ini didukung oleh aktris senior Christine Hakim dengan aktris pendatang baru waktu itu, Dian Sastro Wardoyo.
Akting keduanya dinilai pengamat film sangat memukau. Artis senior lainnya yang mendukung film ini yakni Didi Petet, Dik Doank, Slamet Raharjo, Mang Udel, dan Dessy Fitri.
Pasir Berbisik mampu meraih penghargaan internasional, seperti Best Cinematography Award, Best Sound Award, dan Jury’s Special Award for Most Promising Director untuk Festival Film Asia Pacifik 2001, artis wanita terbaik, Festival Film Asiatique Deauville 2002. Artis wanita terbaik pada Festival Film Antarbangsa Singapura ke-15.
8. Laskar Pelangi

Laskar Pelangi yang disambut baik di Indonesia juga memdapat sambutan positif di dunia internasional. Film yang diadopsi dari novel laris karya Andrea Hirata dengan judul yang sama juga menjadi salah satu film yang diputar pada festival film international fukuoka 2009 di Jepang.
Setelah kesuksesan penayangannya di bioskop tanha air, negara lain seperti Spanyol, Italia, Namibia, Hongkong, Singapura, Jerman, Amerika, Australia, dan Portugal juga ikut menayangkan film tentang mimpi 10 anak di desa terpencil dalam mengenyam pendidikan tersebut.
Film ini akhirnya meraih penghargaan the Golden Butterfly Award untuk kategori film terbaik di International Festival of Film for Children dan Young Adults di Hamedan, Iran. Penghargaan internasional lainnya, yakni pernah menjadi nominasi film terbaik di Berlin International Film Festival tahun 2009, serta editor terbaik asian film 2009 di Hongkong.
Film yang disutradarai Riri Riza itu juga pernah diputar di Barcelona Asian Film Festival 2009 di spanyol,singapore international film festival 2009, 11th Udine Far East Film Festival di Italia, dan Los Angeles Asia Pacific Film Festival 2009 di Amerika Serikat.
9. Denias, Senandung di Atas Awan
 
Film yang disutradari oleh John de Rantau dan diproduksi pada tahun 2006 ini, dibintangi oleh Albert Thom Joshua Fakdawer, Ari Sihasale, Nia Zulkarnaen dan Marcella Zalianty.
Film ini juga berhasil masuk seleksi panitia Piala Oscar tahun 2008. Dikutip dari Wikipedia, Film ini menceritakan tentang perjuangan seorang anak suku pedalaman Papua yang bernama Denias untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Seluruh setting lokasi dilakukan di pulau Cendrawasih ini. Cerita dalam film ini merupakan adaptasi dari kisah nyata seorang anak Papua yang bernama Janias.
Sebuah film yang harus ditonton oleh mereka yang mengaku peduli dengan dunia pendidikan di Indonesia. Sebuah film yang dapat membuka pandangan kita tentang betapa pendidikan yang layak di negeri ini masih sangat mahal, masih sangat rumit dan masih banyak terjadi diskriminasi-diskriminasi yang tidak masuk akal. Dalam film ini juga dapat kita lihat keindahan provinsi Papua yang berhasil direkam dengan begitu indahnya.
10. The Photograph
The Photograph dirilis pada tahun 2007. Film yang disutradarai oleh Nan Achnas ini sempat juga akan masuk seleksi panitia Piala Oscar tahun 2008 untuk kategori film asing, meski yang akhirnya terpilih hanya film Denias, Senandung di Atas Awan saja. Film ini dibintangi antara lain oleh Indy Barends, Kay Tong Lim, dan Shanty.
The Photograph juga pernah ditayangkan pada ajang Festival Film Internasional Pusan (PIFF) ke-12 di Korea Selatan.
 
FILM TERLARIS 

 10 Film Indonesia Terlaris


 Tahun 2015 akan berakhir. Deretn film terlaris tahun ini cukup membuat puas. Meskipun sempat mengalami paceklik di awal tahun hingga pertengahan tahun, momen lebaran membalikkan semua kenyataan tersebut.
Hingga lebaran, tidak satupun film Indonesia yang menembus angka satu juta penonton. Pencapaian dua film yang diputar saat lebaran 2015 membawa optimisme baru. Kepercayaan pada film Indonesia meningkat sehingga film lain mendpat jumlah penonton signifikan.
1.Surga yang Tak Dirindukan menjadi juara tahun ini dengan 1.523.570 penonton. Film Surga yang Tak Dirindukan menyentil perasaaan wanita yang diduakan. Ketika seorang istri tiba-tiba mengetahui suaminya menikah lagi dengan wanita lain, bayangan surga rumah tangga tiba-tiba runtuh. Perasaan marah, sedih, kecewa, dan ingin mengakhiri rumah tangga adalah perasaan wajar yang akan dirasakan oleh setiap wanita.

2.Comic 8: Casino Kings part 1 menempati posisi kedua dengan 1.211.820 penonton. Film komedi-eskyen Comic 8: Casino Kings-Part 1 yang dirilis pada Juli lalu berhasil menjaring lebih dari satu juta penonton. Sekuel terbarunya yang bertajuk Comic 8: Casino Kings-Part 2 akan tayang di tahun depan, tepatnya pada 4 Februari 2016.
3.Magic Hour mendapat 859.705 penonton dan menempati posisi ketiga. Tema cinta memang tak pernah usang dan selalu menarik. Tema cinta pula yang diangkat Screenplay Production di film yang dibintangi Dimas Anggara dan Michelle Ziudith. Magic Hour cukup menghibur. Ada tangis, tawa, haru, romantisme, persahabatan sampai hubungan keluarga bisa kita rasakan di film yang disutradarai Asep Kusdinar ini.
4.Di Balik 98 menempati posisi keempat dengan 684.727 penonton. Film ini memaparkan tragedi yang kelam pada tahun 1998. Dibelakang kisah itu ada kisah lain, kisah sebuah keluarga yang tercerai berai dan kisah sepasang kekasih yang terpisahkan.
5.Film 3 Dara meraih 666.155 di posisis kelima. Meskipun dibintangi oleh tiga orang pria, kisah film 3 Dara ini sangat feminim. Adipati Dolken, Tora Sudiro, dan Tanta Ginting dikutuk menjadi wanita dengan tubuh pria mereka. Setiap wanita pasti memiliki perasaan yang sama, pernah berharap lelaki yang dicintainya memahami bagaimana sulitnya menjadi wanita.
6.Air Mata Surga.Di posisi keenam, Air Mata Surga dengan 425.179 penonton. Dibintangi oleh Dewi Sandra, film ini bercerita tentang perjuangan seorang perempuan dalam mempertahankan cintanya sampai akhir hayat. Ada kalanya wanita tak bisa berbuat apa-apa jika tidak bisa memberikan keturunan pada suaminya. Setelah berbagai cara diusahakan, tetap saja wanita di posisi salah. Tapi air mata tak selalu menggambarkan kesedihan.
7.Film Tarot masuk di posisi ketujuh dengan 329.160 penonton. INi adalah satu-satunya film horor yang masuk dalah daftar film teralris tahun ini. Kisahnya tentang Julie dan Tristan adalah sepasang kekasih yang mau menikah. Berharap mendapatkan ramalan indah, mereka malah mendapatkan ramalan yang mengerikan dari seorang pembaca kartu tarot. Kartu-kartu tarot yang terbuka mengatakan bahwa akan ada yang datang dari masa lalu untuk mengambil salah satu nyawa mereka.
8.Warisan Olga.Hadir hampir di akhir tahun Warisan Olga menunjukkan pesona alhmarhum Olga Syahputra yang masih tinggi. Film ini meraih 296.773 penonton dan menduduki posisi ketujuh. Film ini berkisah tentang Billy (Billy Syahputra) yang terlalu menyayangi kekasihnya hingga menghamburkan uang milik Olga (Olga Syahputra) hingga dikejar-kejar oleh preman. Untuk membantu Olga, Billy pergi mencari harta karun di sebuah pulau.
9.[Komedi Moderen Gokil].Film [Komedi Moderen Gokil](2314539 "") meraup 296.232 penonton dan masuk dalam posisi kesembilan. Film produksi MD Pictures memiliki formula humor yang nyaris sama dengan film Warkop DKI. Disutradarai oleh Fajar Krisyanto, film ini mengisahkan tentang pertemuan dua sahabat lama Boris (Boris Bokir) dan Dodit (Dodit Mulyanto) yang mencoba mengadu nasib di Jakarta. Keduanya tinggal di rumah kos Tante Maya (Maya Wulan) dan suaminya, Om Indro (Indro Warkop).
10.Single.Tampil terakhir, Single mengumpulkan 273.581 pada empat hari penayanganya. Ini membuat film yang dibintangi Raditya Dika langsung melesat ke posisis 10 tahun ini. Dengan tingginya minat penonton, kemungkinan film ini akan bertambah lebih banyak hingga tahun depan. Pertambahan ini bisa mengubah posisi film terlaris hingga akhir tahun ini.
Sepanjang tahun 2015, bioskop tanah air memutar 115 film Indonesia. Tidak semua film mampu mendapatkan perhatian dari penonton. Tapi dari sekian banyak genre dan tema yang diputar, drama yang mengisahkan kegigihan wanita menunjukkan kekuatannya. Tiga film yang bertema perjuangan hidup wanita masuk dalam daftar 10 film terlaris 2015.
Film Surga yang Tak Dirindukan membukukan 1.523.570 penonton. Film 3 Dara ada di urutan lima dengan 666.155 penonton. Sedangkan film Air Mata Surga mendapatkan 425.179 penonton. Tentu ini layak menjajdi catatan tersendiri untuk tahun ini.
Oke guuyys....Thats ALL!!!

Sumber:http://amenroom.com
Sumber:http://www.bintang.com
 

// Copyright © Inukazet //Anime-Note//Powered by Blogger // Designed by Johanes Djogan //